• Selamat Hari Pendidikan Nasional!

    Hari ini di Indonesia diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang bertepatan dengan hari lahir tokoh pendidikan Indonesia yang luar biasa — Ki Hadjar

    Dewantara (Suwardi Surya Ningrat), seorang pencerah masyarakat, jurnalis, dan pejuang kemerdekaan. Hari ini merupakan pengingat penting akan kontribusi yang diberikan oleh pahlawan nasional ini dalam pengembangan sistem pendidikan negara dan visinya untuk masa depan proses pendidikan.

    Pada tahun 1922 di Yogyakarta, Ki Hadjar Dewantara mendirikan gerakan pendidikan nasional "Taman Siswa". Gerakan ini kemudian berkembang menjadi sistem pendidikan swasta yang lengkap di Indonesia. Fokus utama dalam pembelajaran adalah pada studi sejarah dan budaya nasional, termasuk musik, tari, dan seni rupa, serta bahasa daerah di tingkat dasar dan bahasa Indonesia di tingkat menengah. Pencerah ini menekankan pentingnya pengembangan identitas nasional Indonesia, dengan keyakinan bahwa etnis lokal, bahkan yang terbesar sekalipun, tidak mampu menghadapi Belanda sendirian. Ki Hadjar Dewantara juga merupakan salah satu jurnalis pertama di negara ini yang menggunakan istilah "Indonesia" untuk merujuk pada wilayah Hindia Belanda.

    Ki Hadjar Dewantara dan rekan-rekannya tidak hanya berusaha untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk semangat siswa dalam logika perjuangan antikolonial. Mereka menganggap penting agar generasi muda mengandalkan keyakinan, kemampuan, dan pengetahuan internal mereka, tidak tergantung pada keadaan, dan mampu menghadapi kesulitan dengan percaya diri. Dalam konteks ini, perhatian khusus diberikan untuk mengatasi "rasa inferioritas" yang selama berabad-abad dipaksakan oleh Belanda kepada penduduk lokal. Pada saat yang sama, Suwardi Surya Ningrat, keturunan dari keluarga bangsawan Jawa, mengganti nama aristokratiknya dengan nama yang lebih populer, Ki Hadjar Dewantara.
    Menjelang awal Perang Dunia II, sistem "Taman Siswa" sudah memiliki lebih dari 199 cabang dengan 297 sekolah dan taman kanak-kanak, yang mendidik lebih dari 20 ribu siswa.

    Di antara lulusan sekolah "Taman Siswa" terdapat banyak tokoh terkenal dari kalangan intelektual kreatif, penulis, seniman, dan tokoh budaya, serta pemimpin politik dan pahlawan nasional Indonesia, seperti Aip Rosidi, Sudirman, Arifin H. Nur, B. M. Diah, Dulloh, Sujono, dan Utuy Tatang Sontani.

    Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, sistem "Taman Siswa" kehilangan makna politik aslinya sebagai tempat pembinaan kader pembebasan nasional, tetapi tetap ada hingga kini sebagai organisasi pendidikan yang melengkapi sistem pendidikan negara di tingkat taman kanak-kanak dan sekolah.
    Comments: 0 Reposts: 0

    Leave a comment can only registered users.